Kisah Folklor Dalam Selembar Kain Batik Muria Kudus
Folklor adalah cerita rakyat yang diwariskan secara turun menurun biasanya disebarkan secara lisan tentang kebudayaan suatu daerah. Cerita yang berkembang pada suatu masyarakat itu biasanya menjadi cikal bakal atau asul-usul suatu tempat atau adat budaya tertentu. Cerita rakyat tersebut oleh Yuli Astuti ditarik benang merah dan dituangkan dalam selembar kain batik tulis dengan merk Muria Batik kudus.
Tentu bukan hal yang mudah untuk menuangkan isi dan makna folklor dalam sebuah kain, karena cerita rakyat terkadang terdapat beberapa versi, jadi sebelum menuangkan dalam kain, Yuli Astuti melakukan penelitian dengan merunut atau napak tilas, mempelajari petilasan yang masih ada dari cerita rakyat tersebut.
Yuli Astuti, pemilik dari Muria Batik Kudus, yang berlokasi di RT 04, RW 02, Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog , Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengangkat cerita rakyat itu dengan mengekspresikannya menjadi kain batik tulis klasik. Seperti cerita mengenai Motif Kapal Kandas, yang ditarik dari sejarah kapal kandas Dampo Awang milik Sam Pho Kong di Pulau Muria pada abad 15, karena terjadi perdebatan antara Sunan Muria (Raden umar Said) dengan Sam Pho Kong akhirnya kapal Dampo Awang kandas di Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah dan obat-obatan yang sampai sekarang tumbuh subur di Gunung Muria, salah satunya adalah Parijoto. Oleh Yuli Astuti cerita Kapal Kandas itu dituangkan menjadi motif kain batik yang sangat cantik, demikian juga motif Parijoto. Motif Pakis Haji terinspirasi dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar Gunung Muria, yang konon Sunan Muria membuatnya menjadi sebuah tongkat. Sampai saat ini kayu pakis haji diyakini oleh masyarakat bisa mengusir hama tikus, karena motif pakis haji mempunyai alur seperti ular dan ukiran seperti kaligrafi.
Kudus sebagai kota kretek juga dituangkan dalam motif Batik Deorama Kretek, motif Tari Kretek, motif Merak Pelataran Beras Kecer, motif Ukir Gebyok, motif Gajah Purba, motif Jangkar, dan lain-lain. Motif-motif ini menjadi ciri khas batik klasik di Muria Batik Kudus besutan Yuli Astuti dan sudah ada 30 motif yang memperoleh HKI
Namun ada yang mengganjal dan menjadi keprihatinan Yuli Astuti tentang batik tulis yang digelutinya. Yuli Astuti menuturkan Batik tulis di Kudus hampir punah karena di Kudus hanya menyisakan satu pembatik tulis ibu Nikmah. Galeri Muria Batik Kudus, yang dirintis sejak tahun 2006, juga mengalami hal serupa karena sulitnya mencari pembatik yang mau menekuni profesinya. Meskipun oleh Yuli Astuti pelatihan gratis diupayakan bahkan diberi uang saku, orang lebih memilih bekerja di pabrik rokok atau pabrik lainnya daripada membatik.
Pada saat kegiatan anjangsana, Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah melakukan identifikasi potensi wilayah sentra usaha Indag, dan menawarkan solusi dengan metode pendekatan sebagai berikut: yaitu mengenalkan generasi muda agar cinta batik dengan mengadakan paket-paket workshop bekerja sama dengan sekolah, komunitas dan lembaga, agar mereka mau mengerti, belajar dan mencintai batik yang merupakan warisan budaya asli Indonesia agar tidak punah nantinya.
Yuli Astuti berterimakasih kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah atas saran yang diberikan Penyuluh Perindustrian dengan harapan mampu menghidupkan dan mengembangkan batik tulis.