Cikal Bakal Pelopor Ecoprint di Tuntang
Enam belas desa di kecamatan Tuntang, kabupaten Semarang mempelopori ecoprint untuk penumbuhan wirausaha baru. Program penumbuhan wirausaha baru ini sebagai salah satu prioritas kegiatan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah.
Ecoprint berasal dari kata eco atau ekosistem yang berarti lingkungan hayati atau alam dan print artinya cetak. Sistem dengan menjiplak dedaunan dan kemudian merebusnya, mirip seperti proses pembuatan batik, maka sering juga disebut batik ecoprint. Namun, motif yang dihasilkan oleh sistem ecoprint ini lebih kontemporer dibandingkan batik yang digambar ataupun dicetak dengan motif batik yang klasik. Perbedaan lainnya, ecoprint tidak menggunakan alat seperti canting (alat seperti pena untuk membatik) dan bahan malam, namun menggunakan bahan yang terdapat di alam sekitar, seperti aneka dedaunan yang menghasilkan warna alami,
Kemudian kain digulung dengan plastik dengan mempertahankan posisi daun agar tidak bergeser. Setelah itu diikat kencang. Tahapan selanjutnya adalah pengukusan selama 2 jam. Pengukusan ini bertujuan agar warna dasar daun keluar.Setelah proses pengukusan selaesai. Daun yang digunakan dapat ditemui hampir diseluruh wilayah sebagai ciri khas Jawa Tengah, seperti kayu secang, daun jati, daun jarak, serta daun singkong, dan bahkan dari bunga sepatu.
Kain batik ecoprint yang telah jadi kemudian dapat di manfaatkan dengan dibuat berbagai macam produk yang memiliki nilai jual dan nilai seni. Produk tersebut di antaranya bisa berupa masker, tas pounch, tas Tote bag, sarung bantal, taplak meja, kerudung, pigura dan lain sebagainya. Kain batik dan produk-produk ecoprint dapat di pasarkan oleh mitra melalui media online ataupun dipasarkan offline.
Dengan adanya pengabdian kepada alam berupa pengedukasian pembuatan batik ecoprint ini dapat menjadikan trobosan baru untuk membuka wirausaha di bidang ECO dan meningkatkan taraf ekonomi di wilayah kecamatan Tuntang.